Tak terasa sudah hampir delapan bulan anak-anak belajar di rumah. Tentu semua kegiatan belajar anak orang tua-lah yang menjadi pendamping utama. Namun tak sedikit para orang tua yang merasa stress, mati gaya, ketika mendampingi belajar anak-anak mereka.
Maka dibutuhkan orang tua yang bahagia. Bahagia adalah kunci sukses parenting. Karena orang tua yang bahagia akan menularkan kebahagiaan di sekitarnya khususnya bagi anak-anaknya. Orang tua yang bahagia juga akan produktif dalam menjalankan perannya sebagai orang tua.
Nah, bagaimana resep menjadi orang tua bahagia ? Yuk kita belajar bersama !
Apa ada kaitan antara mindset dengan kondisi stress orang tua dan perilaku anak? Jelas terkait, sebab perbuatan seseorang dipengaruhi oleh pemahaman atau mindset-nya.
Mindset kita tentang anak akan mempengaruhi sikap kita kepada mereka. Terkait anak, mindset apa yang ada di benak para orang tua? Kalau masih menganggap anak sebagai beban tentu proses mendampingi anak akan terasa berat, apalagi ditambah beban hidup yang semakin naik.
Sebaliknya jika mindset orang tua tentang anak
adalah anugerah, amanah dan asset akherat bagi orang tuanya, tentu anak akan
disambut dan didampingi dengan bahagia. Apalagi anak adalah amanah dari Sang Pencipta , pastilah kita akan
menjaga dengan sebaik-baiknya. Kalau kita dititipi barang dari Presiden
pastinya akan kita jaga dan rawat dengan baik bukan? Apalagi anak kita yang
merupakan titipan dari Allah ta'ala.
Yuk orang tua positifkan mindset kita !
2. Respon Positif
Mengapa banyak orang tua stress? Karena fokus hal-hal yang diluar kendali kita. Perlu dipahami bahwa dalam kehidupan kita ada kondisi yang dliuar kendali kita dan ada kondisi dalam kendali kita. Contoh pandemi covid-19, sikap orang lain, perilaku anak dan sebagainya adalah diluar kendali kita. Sedangkan yang ada dalam kendali kita seperti prasangka, emosi, ucapan , tindakan dan sebagainya.
Bahagia itu tergantung bagaimana cara kita merespon. Supaya kita bisa merespon dengan benar, kita harus *kenali kondisi*, Kita cek apakah kondisi tersebut diluar kendali kita atau didalam kendali kita.
Apabila diluar kendali , maka resepnya : Terima dan Imani, bahwa semua itu adalah ketetapan
Allah ta'ala. Kemudian akui kelemahan dihadapan-Nya dan langitkan doa,
bersimpuh meminta pertolongan dan solusi dari-Nya. Selanjutnya, ambil hikmah, yakinlah dibalik ketetapan-Nya pastilah ada pesan cinta-Nya.
Lantas bagaimana respon terhadap hal-hal yang ada dalam kendali kita? Caranya dengan melatih diri untuk berprasangka baik, emosi positif, kata-kata yang baik serta fokus pada proses dan solusi. Sebagai komitmen untuk perbaikan tetapkan target yang ingin dicapai. Silahkan para orang tua bisa mengisi template di bawah ini.
Hidup cuma satu kali bersama anak-anak kita, maka pilihlah kata-kata yang baik, prasangka yang baik , emosi yang baik dan berikanlah kenangan yang baik buat anak-anak kita. Patut direnungkan, kita ingin dikenang sebagai orang tua seperti apa bagi anak-anak kita? Yuk, cek testimoni mereka dan mari berbenah...
Bersyukur itu bisa membawa bahagia. Sepakat ? Coba ketika kita bersyukur, apa yang dirasakan? Tambah nikmat bukan?
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (QS. Ibrahim 14: Ayat 7)
Ayah bunda bisa menuliskan kelebihan-kelebihan
ananda, kemudian ditempel dikamarnya. Jika ada kelebihan / hal positif yang
bertambah dituliskan lagi. Insyaa Allah , akan terbentuk konsep diri positif
pada anak. Anak akan semangat berbuat baik.
Bersabar dalam proses membersamai anak-anak
kita akan didapat jika kita sebagai orang tua terampil bersyukur. Bersyukur
dengan fokus melihat kelebihan anak-anak kita. Dengan bersyukur akan bertambah
nikmat dan semakin dekat hati ini dengan Allah. Hati pun menjadi lapang. Inilah
bahagia. Bahagia menjadikan otak bekerja optimal maka orang tua akan kreatif dan
solutif.
4. Nutrisi Cinta
Cinta itu membahagiakan. Dan cinta yang benar
apabila dilandasi iman dan taqwa.
Memberikan nutrisi cinta pada anak sangatlah
penting. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan kita untuk
memperhatikan masalah ini.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
memberikan contoh nutrisi cinta dengan mencium anak-anak, mengajaknya bermain,
mengusap kepala, tersenyum, mengatakan cinta, memuliakan anak dengan menghargai
miliknya, menyambut ketika datang, memanggil nama yang disukai, memberi hadiah
dan berterimakasih.
Apakah kita sebagai orang tua sudah terampil memberi nutrisi cinta? Misal, cek senyum kita ketika berbicara dengan orang terdekat kita (anak dan pasangan) sudahkah dengan senyum tulus? Setiap hari sering senyum atau kurang senyumnya? Kira-kira berapa level senyum kita jika diukur 1-10? Silahkan ditulis di template kondisi level saat ini. Ditulis nutrisi apa saja yang akan dinaikkan levelnya. Setelah itu buat tantangan diri, dalam 30 hari akan menaikkan level senyum menjadi berapa? Setelah 30 hari bandingkan dengan yang sebelumnya. Silahkan dibuat secara bertahap dan diniatkan untuk mendapatkan pahala-Nya.
Yuk naikkan level senyum kita dan nutrisi cinta yang lainnya. Semangat!
********
Ari Susanti
Hexagonia, CH3 Pendidikan Blok Papan Tulis
Maasyaa Alloh, baarokalloh mbk Santi...
BalasHapusTulisannya sangat bermanfaat dan mengingatkan kepada para ibu untuk bahagia yang akan berdampak dengan sekitarnya...
Makasih Mbk ....
Sami-sami mbk 😍
HapusMaturnuwun
Jazakallah khoiron katsir Bu Santi atas ilmunya
BalasHapusWa jazakallah khoyron katsiiron
Hapuskuncinya bahagia dulu yaa, jadi bunda,,ok semangattt,,,terima kasih mba Santi...
BalasHapus