Islam melarang kita meninggalkan
generasi yang lemah. Allah berfirman : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisa : 9).
Mempersiapkan Ananda menuju aqil
baligh adalah mempersiapkan pemuda ketika memasuki usia baligh, ia siap menerima
taklif hukum. Artinya ia sudah siap
menjalankan perintah Allah ta’ala dan menjauhi larangan-Nya. Ia mengetahui apa
yang menjadi kewajibannya. Mengetahui mana yang baik dan menjauhi yang buruk serta
mengambil yang berfaedah baginya. Ia adalah sosok pemuda yang mengetahui visi
misi hidupnya. Punya tujuan jelas dalam
meraih cita-cita hidupnya. Dan peduli kepada sesama dan berkarya untuk kemaslahatan umat.
Sejak kapan orang tua
mempersiapkannya ? Jawabnya adalah sejak dini. Dan ini merupakan sebuah proses
yang panjang. Butuh kesabaran sebagai
bentuk ikhtiar pengasuhan dan pendidikan ananda.
Pertama, orang tua menanamkan visi
misi hidup. Yaitu dengan menancapkan keimanan yang kokoh sehingga kelak punya
visi hidup mulia. Selain itu juga memahamkan misi hidup di dunia untuk apa ia
diciptakan. “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”
(QS Adz Dzariat :56).
Kedua, perkaya pengalaman di masa
kecil sehingga kelak ketika ia dewasa sudah mengetahui apa yang menjadi mimpi
besarnya, apa yang menjadi cita-cita besarnya.
Ketiga, membangun komunikasi positif.
Orang tua sebagai tempat cerita, curhat , ngobrol yang nyaman bagi ananda.
Keempat , mengajarkan dan melatih life
skill sehingga kelak ketika ia siap baligh sudah mengetahui apa yang menjadi
tanggung jawabnya.
Kelima, asah kepedulian kepada sesama
sehingga tumbuh menjadi pribadi yang punya kepedulian terhadap umat. Menggunakan
potensinya / bakatnya untuk memberikan kebermanfaatan bagi umat.
Sebagai orang tua tak lupa untaian doa
terus dilantunkan. Karena Allah ta’ala
yang memberikan hidayah, Allah yang menggenggam hati. Maka sebagai orang tua
syukuri potensi ananda, bantu siapkan potensinya untuk meraih tujuan hidupnya,
bersabar dalam proses, karena proses inilah yang dinilai amal dan berbuah
pahala. Hasilnya serahkan semua kepada
Allah ta’ala.
Baca juga Nutrisi Cinta untuk Ananda
Ari Susanti
Hexagonia, CH3 Pendidikan
Ibu Profesional
Maasyaa Alloh, baarokallohu fiik terima kasih Mb Santi ...
BalasHapus